Entri Populer

Rabu, 02 Februari 2011

Sejarah gitar mulai di Timur dekat kuno (Babilonia). Di Mesir dan Roma, instrumen memiliki fitur yang dapat pendahulu gitar. The Guitarra Morisca dibawa oleh orang Moor di Spanyol penaklukan mereka. Namun, Guitarra Latinna dianggap jenis yang tidak diragukan lagi dikembangkan menjadi gitar modern. Pada abad pertengahan, ko-eksistensi tiga, empat dan lima gitar string dicatat. Pada abad kelima belas, dua kali lipat instrumen string-empat unggul dalam popularitas.
Pada abad keenam belas, pada gilirannya secara bertahap digantikan oleh string ganda lima abad. Gitar keenam belas digambarkan sebagai Vihuela dari saat Luis Milan, Rizzio Gitar dari Perancis, chittara battente dari Italia, beberapa tetap ada. komposer untuk instrumen ini menulis sebagian besar dalam notasi tablature. Italia adalah ibukota dunia gitar abad 17.
Di Perancis, gitar menjadi alat bangsawan tetapi sekolah pembuatan gitar Spanyol tidak mulai berkembang sampai akhir abad ke-18. komposer Italia menulis sejumlah karya dan substansional, seperti gitaris dan pembuat gitar, perjalanan secara luas. Yang penting faktor yang paling dalam perkembangan gitar adalah penambahan string keenam selama pertengahan abad ke-18. Selama abad ke-19, perubahan dalam kondisi sosial dan peningkatan sarana transportasi memberikan konstribusi terhadap pengetahuan semakin gitar dan memungkinkan pemain untuk bepergian secara luas.
A. Torres, memberi bentuk dasar dari gitar yang sekarang di kenal. Selama abad ke-20, kemajuan tekhnologi revolusioner dan perkembangan komunikasi media massa dan lebih cepat., lebih efisien yang bertanggung jawab atas popularitas yang luar biasa dari gitar. Di sekitar tahun 70-an minat terhadap gitar kasik di Indonesia sempat meledak.
Dalam waktu yang relatif singkat jumlah peserta kursus gitar melonjak drastis dan sekolah-sekolah musik swasta yang mengakomodasi para peminat gitar menjamur di mana-mana. Kondisi pergitaran di Indonesia yang mendadak sehat ini telah mengundang perhatian dunia gitar internasional yang dibuktikan dengan digelarnya konser-konser gitaris dunia di Indonesia dan datangnya bantuan-bantuan pendidikan dan material dari negara-negara berkembang seperti Jepang dan Belanda.
Perhatian ini pun disambut oleh pemerintah Indonesia dengan dibukanya program-program pendidikan gitar secara resmi, mulai dari sekolah-sekolah dan institusi-institusi kejuruan musik hingga perguruan tinggi.
Gitar telah turut berjasa membangkitkan semangat rakyat dalam memperjuangkan cita-cita keagungan bangsa Indonesia. Hal tersebut terjadi pada penyelenggaraan Kongres Pemuda tanggal 28 Oktober 1928 dimana gitar digunakan sebagai instrumen pengiring dalam pengumandangan perdana lagu himne nasional “Indonesia Raya”. Gitar adalah alat musik yang populer dan benar-benar telah merakyat terutama di kalangan para remaja dan pemuda kita. Maka bukanlah hal yang asing jika kita melancong ke daerah-daerah di indonesia, seperti Maluku, Timor dan Batak, kita akan mendengar dentingan gitar mengiringi kelompok anak-anak muda yang sedang menyanyikan lagu-lagu rakyat. Latar belakang sejarah inilah tampaknya yang merupakan salah satu aspek yang telah menyebabkan adanya keberanian pada para investor asing untuk menanamkan modalnya dalam sektor musik khususnya gitar, serta sambutan hangat dari masyarakat ketika pendidikan gitar ditawarkan.
Kehidupan pergitaran di Indonesia di sekitar tahun 70-an
Berdirinya sekolah-sekolah musik swasta pada sekitar tahun 70-an sangat membantu penyebaran minat bermain gitar di Indonesia. Buah dari menjamurnya kursus-kursus musik tersebut adalah suatu peningkatan yang subur dan drastis jumlah para amatir, diletan dan gitaris-gitaris muda berbakat. Minat masyarakat yang senantiasa meningkat terhadap pendidikan gitar telah mendorong didirikannya lebih banyak lagi sekolah-sekolah musik baru. Di samping itu bermacam-macam metode pengajaran dari produk luar negeripun telah ditawarkan. Hal ini telah menantang para ahli pendidikan musik yang berspesialisasi gitar untuk memikirkan dan menyusun suatu metode pengajaran gitar yang paling cocok untuk masyarakat Indonesia.
Peranan para amatir dan diletan dalam pengembangan kehidupan musik gitar di negara kita cukup besar. Hal ini didukung dengan selalu bertambahnya pendukung gitar yang di antaranya terdiri dari para amatir yang mempelajari gitar tanpa mendalaminya. Walaupun di antara mereka tidak selalu bisa memainkan musik pada tingkat kesulitan menengah sekalipun, namun minat dan perhatiannya terhadap gitar amat besar. Di samping telah menjadi audiens terbaik, tidak sedikit di antara mereka yang telah rela mengorbankan sebagian dari kekayaan materilnya untuk perkembangan musik gitar. Kondisi seperti ini telah sangat membantu para pendidik gitar dalam merealisasikan cita-cita mereka yaitu membangun suatu kehidupan musik yang sehat.
Menjelang permulaan tahun 1980, Indonesia telah memiliki gitaris-gitaris profesional yang cukup diperhitungkan. Di antara mereka ialah Carl Tangyong yang pernah belajar di Roma, Itali, dan Rully Budiono, seorang lulusan program diploma sebuah konservatori musik di Wina, Austria. Produksi musikal mereka terdiri dari dari konser-konser di kota-kota besar dan rekaman-rekaman kaset. Produktivitas mereka, di samping telah membangkitkan semangat para amatir dan diletan, juga telah menumbuhkan apresiasi yang baik dan kepercayaan dari para pencinta gitar atas kemampuan bermusik bangsa Indonesia.
Sebagai salah satu reaksi internasional dari perkembangan gitar yang sehat ini adalah didatangkannya gitaris-gitaris berkaliber dunia seperti Julian Bizantine, David Russell dan John Mills dari Kerajaan Inggris, Jean Piere Jumez dari Perancis, dan Sigfried Behrend dari Jerman, untuk memberikan resital-resital dan workshop-workshop bagi masyarakat pergitaran kita. Tanggapan mereka yang sangat positif terhadap perkembangan gitar di tanah air telah menimbulkan pengaruh yang amat besar terhadap perkembangan dunia pergitaran Indonesia. Tidaklah heran jika dalam waktu yang singkat gitaris-gitaris muda Indonesia mulai dikenal melalui prestasinya dalam kompetisi-kompetisi internasional di kawasan Asia Tenggara.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar